Nama : Dian Arif Prakoso
Kelas : 4IB04
NPM : 11415839
Mata
Kuliah : Organisasi & Arsitektur Komp.
Dosen : DR. Ir. Hartono Siswono, M.T.
Dosen : DR. Ir. Hartono Siswono, M.T.
Materi Sistem Bilangan
Tujuan :
1.
Mahasiswa mempelajari
tentang sistem bilangan.
2.
Mahasiswa memahami dan
mengerti tentang sistem bilangan.
3.
Mahasiswa mempratekan dalam
perhitungan tentang sistem bilangan.
1. Sistem bilangan
1.1 Sistem Bilangan pada Elektronika Digital – Bilangan
adalah objek matematika yang digunakan
untuk pengukuran, penghitungan dan pelabelan. Sedangkan yang dimaksud dengan
Sistem Bilangan adalah sistem penulisan yang digunakan untuk mengekspresikan
bilangan. Sistem Bilangan juga dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan
untuk mewakili besaran suatu item fisik. Setiap sistem bilangan menggunakan
bilangan dasar atau basis tertentu yang dalam bahasa Inggris biasanya disebut
dengan “Base” atau “Radix”. Dalam
pengertiannya, Base atau Radix dari sistem bilangan adalah jumlah total digit
atau jumlah suku angka yang digunakan dalam suatu sistem bilangan. Contohnya
pada sistem bilangan Desimal, Radix dari sistem bilangan Desimal adalah 10,
yang artinya adalah memiliki 10 suku angka yakni 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
1.2 Sistem Bilangan Desimal (Decimal)
Basis atau Radix dari sistem bilangan Desimal
ini adalah 10 yaitu berkisar dari angka 0 hingga 9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9). Digit atau angka yang terletak di sebelah kiri koma desimal disebut dengan
bilangan bulat sedangkan digit atau angka yang terletak di sebelah kanan titik
desimal disebut dengan bilangan pecahan. Sistem Bilangan Desimal ini merupakan
sistem bilangan yang dipergunakan pada kehidupan kita sehari-hari. Perlu
diketahui bahwa Indonesia menggunakan koma untuk menunjukan separator (pemisah)
antara bilangan bulat dengan bilangan pecahan sedangkan negara-negara lainnya
menggunakan tanda titik sebagai separator pecahannya.
Di sistem bilangan desimal ini, digit atau angka
yang berada di posisi berturut-turut disebelah kiri koma desimal memiliki bobot
100, 101, 102, 103, 104 dan seterusnya. Sedangkan digit atau angka
yang berada di posisi berturut-turut disebelah kanan koma desimal memiliki
bobot 10-1, 10-2, 10-3, 10-4 dan
seterusnya. Artinya, setiap posisi digit yang ditempati memiliki bobot
masing-masing dengan pangkat bilangan yang berbasis 10.
Contoh :
Kita ambil contoh pada sebuah bilangan Desimal
235,12. Bagian bilangan bulatnya adalah 235 sedangkan bagian bilangan
pecahannya adalah 0,12. Digit-digitnya 5, 3, dan 2 masing-masing memiliki bobot
102, 101 dan 100. Demikian juga digit 1 dan 2 dibelakang koma
memiliki bobotnya masing-masing yaitu 10-1 dan 10-2.
Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai
berikut :
235,12 = (2 x 102) + (3 x 101) + (5 + 100)
+ (1 x 10-1) + (2 x 10-2)
1.3 Sistem Bilangan Biner (Binary)
Sistem Bilangan Biner atau Binary Numbering
System adalah sistem bilangan yang berbasis dua dan merupakan sistem bilangan
yang digunakan oleh semua rangkaian elektronika yang bersistem digital. Basis
atau Radix dari sistem bilangan Biner ini adalah 2 yaitu angka 0 dan 1 saja. Di
sistem bilangan Biner ini, setiap angka atau digit memiliki bobot 20, 21, 22, 23, 24 dan seterusnya.
Contoh :
Sebagai contoh, kita gunakan bilangan Biner
10112. Ini berarti digit-digitnya yaitu 1, 0, 1 dan 1 memiliki bobot
masing-masing 23, 22,
21 dan 20 (dihitung
dari kanan ke kiri).
Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai
berikut :
10112 = (1 x 23) + (0 x 22)
+ (1 + 21) + (1 x 20)
Jika kita konversikan bilangan biner 10112 ke
bilangan desimal akan menjadi 11.
1.4 Sistem Bilangan Oktal (Octal)
Sistem Bilangan Oktal atau Octal Numbering
system adalah sistem bilangan yang berbasis delapan (8). Jadi, angka yang
digunakan adalah berkisar diantara 0 hingga 7 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7). Di
sistem bilangan Oktal ini, masing-masing angka atau digit memiliki bobot 80, 81, 82, 83, 84 dan seterusnya.
Contoh :
Sebagai contoh, kita gunakan bilangan Oktal 72148. Ini berarti digit-digitnya yaitu 7, 2, 1 dan 4
memiliki bobot masing-masing 83, 82, 81 dan 80.
Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai
berikut :
72148 = (7 x 83) + (2 x 82)
+ (1 + 81) + (4 x 80)
Jika kita konversikan bilangan Oktal 72148 bilangan Desimal akan menjadi 3724.
1.5 Sistem Bilangan Heksadesimal (Hexadecimal)
Sistem Bilangan
Heksadesimal atau Hexadecimal Numbering System adalah sistem bilangan yang
berbasis 16. Sistem Bilangan Heksadesimal ini menggunakan angka atau digit 0
hingga 9 dan huruf A sampai F (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F).
Huruf A hingga F ekivalen dengan 10 hingga 16. Jadi, pada dasarnya sistem
bilangan Heksadesimal ini merupakan gabungan angka dan huruf. Di sistem
bilangan Heksadesimal ini, masing-masing angka atau digit memiliki bobot 160, 161, 162, 163, 164 dan seterusnya.
seperti yang terlihatpada Tabel 1.
Tabel 1. Ekivalen setiap
digit dari bilangan heksadesimal menjadi 4
bit bilangan biner
Digit
Heksadesimal
|
Ekivalen
biner 4 bit
|
0
|
0000
|
1
|
0001
|
2
|
0010
|
3
|
0011
|
4
|
0100
|
5
|
0101
|
6
|
0110
|
7
|
0111
|
8
|
1000
|
9
|
1001
|
A
|
1010
|
B
|
1011
|
C
|
1100
|
D
|
1101
|
E
|
1110
|
F
|
1111
|
Contoh :
Sebagai contoh, kita gunakan bilangan Oktal
7A1C16. Ini berarti digit-digitnya yaitu 7, A, 1 dan C memiliki bobot
masing-masing 163, 162,
161 dan 160.
Secara Matematis, dapat kita tulis sebagai
berikut :
7A1C16 = (7 x 163) + (10 x 162)
+ (1 + 161) + (2 x 160)
Jika kita konversikan bilangan Heksadesimal
7A1C16 ke bilangan Desimal akan menjadi 31260.
1.6 Bilangan
Biner Pecahan
Dalam sistem bilangan desimal, bilangan pecahan disajikan dengan menggunakan
titik desimal. Digit-digit yang berada di sebelah kiri titik desimal mempunyai
nilai eksponen yang semakin besar, dan digit-digit yang berada di sebelah kanan
titik desimal mempunyai nilai eksponen yang semakin kecil.
Sehingga,
0.110 = 10-1
= 1/10
0.1010 = 10-2‑ =
1/100
0.2 = 2 x
0.1 = 2 x 10-1, dan seterusnya.
Cara
yang sama juga bisa digunakan untuk menyajikan bilangan biner pecahan.
Sehingga,
0.12 = 2-1
= ½, dan
0.012
= 2-2‑ =
½2 = ¼
Sebagai
contoh,
0.1112
= 1/2 + 1/4 + 1/8
= 0.5 + 0.25 + 0.125
= 0.87510
101.1012 =
4 + 0 + 1+ ½ + 0 + 1/8
= 5 + 0.625
= 5.62510
Pengubahan bilangan pecahan dari desimal ke biner dapat dilakukan
dengan cara mengalikan bagian pecahan dari bilangan desimal tersebut dengan 2,
bagian bulat dari hasil perkalian merupakan pecahan dalam bit biner. Proses
perkalian diteruskan pada sisa sebelumnya sampai hasil perkalian sama dengan 1
atau sampai ketelitian yang diinginkan. Bit biner pertama yang diperoleh
merupakan MSB dari bilangan biner pecahan. Sebagai contoh, untuk mengubah 0.62510 menjadi
bilangan biner dapat dilaksanakan dengan
0.625 x 2 = 1.25, bagian bulat
= 1 (MSB), sisa = 0.25
0.25 x 2 = 0.5, bagian
bulat = 0, sisa = 0.5
0.5 x 2 = 1.0,
bagian bulat = 1 (LSB), tanpa
sisa
Sehingga,
0.62510 = 0.1012
Daftar
Pusaka:
Komentar
Posting Komentar